Minggu, 16 Agustus 2015

Tugas Mata Kuliah Membaca Teknis dan Estetis: Artikel Ilmiah tentang Menentukan Tema Antologi Puisi Sujud Rumput karya Panji Kuncoro Hadi (Dosen IKIP PGRI Madiun) oleh mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun


MENENTUKAN TEMA ANTOLOGI PUISI SUJUD RUMPUT
KARYA PANJI KUNCORO HADI
MENGGUNAKAN LAPIS ARTI
BAGIAN DARI STRATA NORMA ROMAN INGARDEN
Oleh: Jayanti Dwi Lestari
14311041



Abstrak

Tulisan ini membahas tentang teori strata norma Roman Ingarden yakni lapis arti yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan tema pada sekumpulan puisi (antolologi puisi). Maka lapis arti ini dipergunakan untuk mencari makna dalam setiap puisi. Makna dalam puisi dapat digunakan untuk menentukan tema dalam setiap puisi. Lapis arti ini lebih menekankan pada pemaknaan keseluruhan dalam puisi. Bila pemaknaan keseluruhan puisi selesai dilanjutkan pada tahap kesimpulan makna. Pemaknaan tidak dilakukan pada satu puisi tetapi beberapa puisi harus dimaknai. Hal ini dilakukan untuk mencari kebenaran dalam penentuan tema.
Kata kunci: tema, lapis arti bagian dari strata norma Roman Ingarden.

1.        Pendahuluan
Sebelum membahas tentang lapis arti dari teori norma Roman Ingarden. Dapat diketahui pengertian puisi terlebih dahulu, puisi (poetry) merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya, seperti irama, rima, matra, baris, dan bait (Yusuf, 1995: 225, dalam Maman Suryaman dan Wiyatmi, 2012: 12). Dari penjelasan Yusuf dapat dikatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsur seperti irama, rima, mantra, baris, dan bait.
Beberapa tokoh lain mengartikan puisi ialah (sajak) dengan struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Analisis yang bersifat dichotomis, yaitu pembagian dua bentuk dan isi belumlah dapat memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaskan (Wellek dan Warren, 1968:140 dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1993:14). Bila kedua pendapat disatukan maka didapat kesimpulan bahwa puisi ialah ragam satra memiliki unsur-unsur yang tidak mudah dalam memahaminya, sehingga diperlukan analisis yang nyata dengan sifat tidak dichotomis atau tidak hanya membagi antara dua bentuk dan isi.
Pengertian puisi Wellek dan Warren puisi ialah struktur yang kompleks dalam memahami diperlukan suatu analisis. Analisis ini mengacu pada teori yang digunakan untuk menganalisis puisi. Maka hal ini erat kaitannya dengan lapis arti yang akan dipergunakan dalam memaknai puisi sebagai acuan penentuan tema. Sehingga lapis arti teori strata norma Roman Ingarden, menurut Rene Wellek mengemukakan tentang analisis Roman Ingarden bahwa lapis arti (units of meaning) berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi alinea, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak (Rene Wellek via Rachmat Djoko Pradopo, 1993: 14). Berdasarkan ungkapan Rene Wellek mengenai lapis arti tersebut dapat disimpulkan bahwa lapis arti diawali dari menganalisis keseluruhan makna dalam puisi. Setelah keseluruhan makna dalam puisi dilakukan pada tahap lapis arti, baru kemudian dilakukan penentuan tema.
2.        Lapis arti antologi puisi sujud rumput karya Panji Kuncoro Hadi
Dalam antologi puisi pertama kali yang akan dianalisis ialah puisi berjudul sujud rumput. Sujud rumput dipilih karena sesuai dengan judul buku antologi puisi tersebut. Untuk lebih baiknya dipaparkan dahulu mengenai teks puisi sujud rumput sebagai berikut.
Sujud Rumput
Ada rumput rebah
Mengelus dadanya pasrah
Seharian ia bertanya-tanya, mengapa terjadi
Sedang ia tahu tak ada yang menginjaknya
Hanya angin pernah lewat di atasnya,
Iitu pun tak bicara apa-apa
(Panji Kuncoro Hadi, 2015: 15)
Dalam puisi keseluruhan mengibaratkan rumput sebagai sosok manusia yang pasrah akan kehidupannya. Ia mengelus dada dan bertanya mengapa hal itu terjadi padanya. Mengelus dada sebagai tanda kepasrahan terhadap Tuhannya. Dia merasa dekat dengan Tuhannya dan pasrah. Padahal dia tidak sedang menderita tetapi dia merasakan ada sesuatu yang tersirat atau lewat dan tidak bersuara ketika dia mencintai Tuhannya. Selanjutnya teks puisi Pelajaran Daun sebagai berikut.
Pelajaran Daun
Kueja dia lewat mataku yang tiba-tiba nampak keluar dari
sarangnya. Aku jadi asing dengan dia, dia berlari
mengitari gigir daun dan jatuh terduduk dalam trapsila
yang agung, berdzikir halus. Hanya getah dari daun
muda menetes menimbulkan suara bising menotok
rumah-rumah burung, dia pun terjaga dari kelelahannya
merontokkan selembar bulunya
Mata itu menangkapnya, menangis-tertawa
Mata itu terus bersujud dia tak mau kembali ke mataku
Mata itu mata Siapa?
(Panji Kuncoro Hadi, 2015: 13)
Puisi kedua yakni puisi Pelajaran Daun. Pelajaran Daun menceritakan tentang sosok aku dalam puisi mengibaratkan daun sebagai Tuhan yang Maha Melihat. Si aku dalam puisi merasa daun mengetahui keadaannya saat sedih maupun senang. Sama dengan Tuhan yang Maha Mengetahui. Puisi selanjutnya berjudul Dengan Eli Aku Jadi Nama. Berikut teks puisinya.
Dengan Eli Aku Jadi Nama
Dengan Eli aku jadi nama
Yang sanggup merangkai kata-kata jadi bunga
(Panji Kuncoro Hadi, 2015: 31)
Berdasarkan puisi tersebut maka Eli diibaratkan sebagai Tuhan dalam bahasa latin. Penyair merasa dia menjadi penyair karena Tuhan dan sebagai penyair ia hanya sanggup merangkai kata-kata yang indah ibarat bunga. Berikutnya puisi judul Mengapa Harus Aku Yang Kau Kirim.
Mengapa Harus Aku Yang Kau Kirim
Mengapa harus aku yang kau kirim ke daerah
pengasingan itu, yang penuh pergolakan sampai
pembunuhan, ketika aku bertanya kepada Mu. Apakah
Kau inginkan aku hamba Mu yang tidak setia ini
menyaksikan saudara-saudara sendiri saling membantai.

Banjir ke seribu ini mungkinkah bunyi dari surat Mu yang
terakhir kepadaku
Namun telinga ini telah membatu hanya sunyi dan sunyi
yang menggerimisi
Mayat dan mayat yang bertumbangan bagai daun-daun
tertimpa angin

Yang menutupi mataku, dan membuat selokan yang
penuh
air mata
Dan mengentirkan jutaan perut lapar dan diare
Kini negara, kota, desa ini telah menjelma padang yang dingin.
(Panji Kuncoro Hadi, 2015: 39)
Berdasarkan puisi tersebut pada bait pertama si aku merasa tidak terima pada Tuhan jika dia diasingkan pada suatu tempat yang tengah terjadi pertikaian di area pengasingan pengarang. Bait kedua si aku bertanya kepada Tuhannya tentang apakah keadaan sekitarnya setelah terjadi pertikaian dan bencana adalah takdir Tuhan. Bait ketiga si aku sedih melihat keadaan yang menimpa seperti dijelaskan pada bait kedua. Puisi selanjutnya berjudul puisi Negeri Daun.
Negeri Daun
Kepada debu yang paling debu, aku ruh yang tak lazim
ini menyujud
Dan berikan aku rumah yang paling teduh dari hanya
sekadar kastil raja-raja dulu
Dan berikan aku taman yang paling elok di antara segala
taman milik pangeran-pangeran dulu

Telah aku berkembara melalui padang-padang,
bertempur pagi dan mati malamnya
Bulan sengit adalah teman yang paling kecut
Tidak memberiku senyum hanya ludah dan ludah yang
paling pahit

Aku, ruh yang telah lama mengenal negeri daun dan
hanya terdiri dari daun saja
Hijau. Bintang pun ingin bernisan di sana dengan
keturunannya
Kalau engkau melangkah sedikit saja maka tutupi dahimu
kalau tidak tertimpa aku
(Panji Kuncoro Hadi, 2015: 43)
Puisi Negeri Daun pada bait pertama si aku pengarang merasa dirinya tidak pantas bersujud pada Tuhannya karena Tuhan telah memberikan sesuatu yang dikehendakinya yang membuat si aku senang. Bait kedua si aku telah menjalani kehidupannya dengan berjuang sekuat tenaga hingga dia merasakan perih dan pahit dalam lingkungan atau negerinya. Bait ketiga si aku telah mengenal negerinya yang hanya memberikan nikmat seadanya.
3.        Tema dalam antologi puisi sujud rumput karya Panji Kuncoro Hadi
Puisi Sujud Rumput bermakna kepasrahan dan rasa cinta terhadap Tuhannya. Pada Pelajaran Daun memiliki makna Tuhan Maha Melihat atau Maha Mengetahui. Pada Dengan Eli Aku Jadi Nama bermakna karena Tuhan si penyair dapat merangkai kata-kata indah. Pada Mengapa Harus Aku Yang Kau Kirim memiliki makna rasa prihatin pengarang terhadap suatu peperangan karena takdir Tuhan. Dan yang terakhir Negeri Daun bermakna rasa tidak pantasnya si aku menyembah Tuhannya.
4.        Simpulan keseluruhan tema dalam antologi puisi sujud rumput karya Panji Kuncoro Hadi
Dari keseluruhan proses pemaknaan dengan lapis arti milik strata norma Roman Ingarden hingga penentuan tema pada setiap puisi. Maka tema yang tepat untuk antologi puisi sujud rumput karya Panji Kuncoro Hadi ialah religius atau keagamaan. Karena dari semua puisi yang telah dianalisis keseluruhan mengacu pada hubungan penyair dengan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
  
Maman Suryaman dan Wiyatmi. 2012. Puisi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Rachmat Djoko Pradopo. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Panji Kuncoro Hadi. 2015. Sujud Rumput Antologi Puisi. Bojonegoro: Soega Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar